Keberadaban budaya dan tradisi yang bersifat kuno di masa sekarang ini nyata sedang berusaha ‘dikembalikan’ dan dipertahankan. Lestarinya budaya dan tradisi di masa modern ini menjadi sesuatu yang berharga. Masyarakat pun mulai sadar tentang pentingnya budaya dan tradisi yang harus tetap ada dan harus terus didekap erat agar tidak terlupakan oleh zaman.
Upaya pemertahanan budaya dan tradisi tersebut dapat dilakukan, salah satunya caranya adalah melalui penerapan ilmu filologi. Filologi dapat dijadikan ilmu perantara yang dapat menghubungkan pesan-pesan masa lampau yang nantinya dapat dinikmati di zaman modern ini. Nampaknya, filologi adalah ilmu yang kurang populer di antara ilmu-ilmu lain yang sudah ramai didengar. Lantas, apa itu filologi? Mengapa keberadaannya terdengar begitu penting? Berikut ini adalah beberapa penjelasannya.
1. Pengertian Filologi
Filologi secara sederhana adalah ilmu yang mempelajari naskah-naskah kuno atau manuskrip. Melalui filologi, orang-orang akan mengetahui tentang sejarah, pesan-pesan, dan informasi yang terkandung di dalam naskah tersebut. Menurut KBBI V, filologi adalah sebuah ilmu tentang bahasa, kebudayaan, pranata, dan sejarah suatu bangsa sebagaimana terdapat dalam bahan-bahan tertulis. Secara etimologi, filologi berasal dari bahasa Yunani phylologia, yang terdiri dari philos dan logos. Kedua kata ini kemudian dipahami sebagai kecintaan terhadap kata atau literatur (Fathurahman, 2015: 13).
Fathurahman (2015: 15) secara subjektif menuliskan bahwa “Philology is about reading manuskripts”. Pernyataan itu bukan berarti tanpa dasar. Naskah, sebagai objek utama kajian filologi mampu mencerminkan banyak hal. Kajian filologi sendiri menggabungkan antara kritik sastra, sejarah, dan sekaligus bahasa (linguistik). Filologi pada dasarnya adalah kegemaran membaca naskah tulisan tangan atau manuskrip tersebut, yang secara lebih lanjut dapat dikaji dengan berbagai sudut pandang tertentu.
2. Pelestarian Manuskrip, Naskah Kuno, dan Dokumen-dokumen Lampau
Tidak begitu banyak orang yang tertarik dengan sebuah ilmu yang mungkin terkesan kuno. Tetapi, bukankah karena hal yang tidak bersifat umum justru lebih dicari? Melalui filologi inilah, manuskrip, naskah, dan dokumen-dokumen lampau (tertulis) mampu terbaca. Di dalam ilmu filologi, terdapat beberapa aspek-aspek penting, di antaranya adalah alih aksara, kritik teks, alih bahasa, hingga penginterpretasian. Sebuah teks naskah pada awalnya tidak mampu terbaca bahkan dimengerti. Hal ini terjadi karena seseorang tidak mampu mengenali aksara-aksara yang terdapat di teks. Oleh karena itu, mempelajari ilmu filologi akan menjadi sangat penting untuk dapat menguak apa yang sebenarnya akan disampaikan di dalam bahan-bahan tertulis kuno tersebut.
Dengan terbacanya objek tertulis kuno, dapat dipastikan nantinya objek tertulis kuno tersebut mampu bertahan di masa yang modern ini. Orang tidak akan dengan mudah melupakan sejarah yang terjadi. Tidak menutup kemungkinan bahwa orang-orang modern akan lebih membutuhkan wejangan atau pesan-pesan kehidupan yang sebenarnya sudah tertulis sejak berates tahun silam. Tidak ada yang tahu, akan tetapi, segala kemungkinan pasti ada. Maka, tidak ada salahnya mengenal ilmu filologi ini.
3. Penghubung Pesan-pesan Masa Lampau di Masa Kini
Ketika sebuah teks lampau dapat terbaca, hal tersebut merupakan indikasi bahwa kejadian masa lampau dapat dimengerti oleh orang masa kini. Orang yang ahli dan bertugas di bidang ilmu ini adalah seorang filolog. Tugas seorang filolog adalah sebagai perantara atau jembatan antara penulis naskah kuno dengan pembaca modern (Robson, 1994: 12). Seorang filolog harus mampu menyajikan dan menafsirkannya, dalam hal ini sasarannya yaitu agar naskah tersebut dapat disalurkan dan dimengerti oleh masyarakat modern.
Di masa sekarang, kebudayaan-kebudayaan lampau sedang digali kembali. Hal ini dilakukan agar keberadaan teknologi dan globalisasi yang semakin berkembang pesat tidak membuat kearifan nusantara terlupakan oleh masyarakatnya. Oleh karena itu, ilmu filologi menjadi penting untuk dipelajari, bahkan oleh siapapun, karena dengan begitu, budaya dan warisan Indonesia akan tetap bertahan.
Sumber:
Fathurahman, O. (2015). Filologi Indonesia: Teori dan Metode (Edisi pertama). Jakarta: Kencana: UIN Jakarta Press.
Robson, S. O. (1994). Prinsip-prinsip Filologi Indonesia. Jakarta: RUL.