Jakarta, IDN Times – Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (FIB UGM) meresmikan Pusat Kajian Jawa (Pusaka Jawa), sebagai upaya melestarikan budaya Jawa dan meningkatkan kesadaran untuk turut melestarikan peninggalan leluhur.
Peresmian tersebut bertepatan dengan perayaan Dies Natalis FIB UGM ke-77 yang disiarkan secara langsung di salah satu stasiun TV swasta nasional. Dalam program ini, Pusaka Jawa menampilkan berbagai kesenian Jawa, termasuk seni tari, drama musikal, wayang, paduan suara, serta baju adat Jawa.
1. Sebagai upaya melestarikan budaya
Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno, yang hadir dalam acara tersebut mengatakan, Bangsa Indonesia memiliki banyak sekali budaya dari berbagai daerah, termasuk budaya Jawa. Oleh sebab itu, peresmian Pusat Kajian Jawa ini sebagai upaya pemerintah melestarikan dan mengembangkan budaya, seni, aksara Jawa agar menarik minat dan bakat generasi muda untuk belajar budaya.
Pria yang pernah menjabat sebagai Rektor UGM pada periode 2012-2014 ini menuturkan, menarik minat anak muda Indonesia terbadap budaya daerah menjadi penting sehingga generasi masa depan bangsa tidak hanya terpapar budaya dari negara lain yang marak di Indonesia.
“Nantinya akan dikembangkan sehingga ada Pusaka Batak, Pusaka Sunda, Pusaka Dayak, Pusaka Papua, Pusaka Aceh dan lain-lain. Dengan demikian, generasi muda Indonesia juga turut mengenal dan menghidupi budaya kita yang begitu kaya,” kata dia dalam keterangannya, Kamis (16/3/2023).
2. Rektor UGM apresiasi FIB
Sementara itu, Rektor UGM Ova Emilia mengatakan, mengapresiasi FIB UGM sebagai pusat kebudayaan memberikan peranan yang baik bagi keberlangsungan budaya di Indonesia. Sehingga dia berharap, budaya yang diwariskan leluhur tersebut tidak habis dimakan zaman.
“FIB sebagai pusat kebudayaan dari Universitas Gadjah Mada saya kira sudah memberikan peranannya dengan sangat baik. Seperti yang kita tahu, Indonesia memiliki berbagai budaya yang perlu dilestarikan, dan saya senang FIB telah melakukannya. Tidak hanya budaya secara eksplisit, tapi juga langgengnya karakteristik murni bangsa Indonesia,” tutur Ova Emilia.
3. Lembaga Pusaka Jawa diharapkan mampu lestarikan budaya
Kemudian, Dekan FIB Setiadi juga mengapresiasi Mensesneg dan Rektor UGM yang dinilai berperan dan mendukung penuh lahirnya Pusat Kajian Jawa. Dia meyakini, keberagaman budaya yang ada di setiap daerah merupakan kekayaan serta identitas bangsa yang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan nasional bangsa Indonesia.
“Menjaga budaya merupakan tanggung jawab kita semua sebagai warga negara Indonesia. Semoga apa yang kita jaga hari ini, bisa terus kita lestarikan dan wariskan kepada anak cucu kita di masa depan,” imbuh Setiadi.
Adapun Pusaka Jawa bertujuan melakukan upaya penguatan pengetahuan dan budaya Jawa. Dengan fokus pada optimalisasi hilirisasi riset mengenai bahasa, sastra, serta budaya Jawa secara nyata. Selain itu, jauh untuk menyajikan informasi hasil riset tersebut dengan ringan dan dalam bahasa yang mudah dipahami juga dinikmati masyarakat secara lebih luas.
Dalam arti sesungguhnya, Pusaka memiliki makna sebagai benda kuno yang disakralkan serta bernilai khusus dan tinggi. Tidak jarang, masyarakat kita mengaitkannya dengan hal-hal mistis. Lahirnya lembaga Pusaka Jawa diharapkan menjadi penggerak yang memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa kata “pusaka” memiliki makna yang jauh lebih luas daripada sekedar benda seperti keris maupun benda sakral lainnya. Namun juga bermakna sebagai peninggalan budaya yang perlu dilestarikan.
Artikel di tulis oleh Yosafat Diva Bayu Wisesa di www.idntimes.com 17 Mar 23 | 07:59