
Sepekan lalu, pertemuan terakhir Kelas Hanacaraka Batch 1 telah dirampungkan. Kelas yang diinisiasi melalui kolaborasi Pusaka Jawa dan Jawacana ini berjalan lancar. Diampu langsung oleh alumnus Sastra Jawa UGM, Mbak Krisna dan Mbak Sukma, kelas berlangsung secara serius tetapi tetap santai. Peserta menyimak secara saksama materi mulai dari Nglegena, Sandhangan, Pasangan, sampai Aksara Murda dan Swara.
Kelas ini diisi oleh 20 orang yang berasal dari berbagai macam latar belakang. Suasana kelas berlangsung meriah. Antusiasme peserta dapat terlihat ketika sebagian besar mereka aktif bertanya saat kelas. Banyak cerita menarik dari empat pertemuan kemarin.
Seperti kisah Robby, salah seorang peserta dari Betawi. Ia menuturkan bahwa pengalamannya belajar Aksara Jawa menjadi salah satu hal yang paling berkesan. Sebagai seorang awam, ia merasa sangat terbantu oleh kelas ini. Apalagi, sekarang ia tinggal di jantung kebudayaan Jawa: Yogyakarta.
Berbeda dengan Robby, Maria juga membagikan kesannya terkait kelas ini sebagai seorang yang asli Jawa namun lama di Sumatera. Menurutnya, kelas ini dapat dilihat sebagai usaha untuk mengindahkan pepatah “wong jawa aja nganti ilang jawane”.
Harapannya, Kelas Hanacaraka ini dapat menjadi refleksi para peserta untuk selalu menjunjung tinggi jati diri sebagai masyarakat Jawa. Selain itu, nantinya akan diselenggarakan pula kelas-kelas lain yang lebih menyenangkan dan menegaskan identitas kejawaan.